Charina Prinandita, Michael Chrisyanto, dan Riesky Vernandes kerap menyantap makanan khas asal Singapura berupa ayam goreng tepung dengan balutan saus telur asin (salted egg) ketika menempuh studi di Negeri Jiran. Mereka menyukai menu itu karena mirip makanan dari Indonesia. Rupanya Charina, Michael, dan Riesky kesengsem dengan olahan ayam goreng tepung berbalut saus telur asin itu. Mereka tidak menemukan tempat makan yang menyajikan menu itu ketika kembali ke Indonesia. Naluri bisnis ketiganya pun muncul. Pada tahun 2016, mereka sepakat membuat tempat makan kekinian yang menghadirkan menu ayam goreng tepung berbalut saus telur asin. Tempat makan ini diberi nama “Eatlah” dari kata Bahasa Inggris “eat” yang berarti makan dan akhiran “–lah” yang kerap diucapkan warga Singapura ketika berbicara. Jadi, Eatlah artinya “makanlah”.
Berkembang Pesat Kurang Dari Tiga Tahun
Kini ada sekitar 14 gerai Eatlah yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia seperti Bandung, Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Setiap gerai mampu menjual sekitar 300 kotak nasi ayam goreng tepung dengan saus telur asin atau setara dengan 9.000 boks per bulan.
Total, Charina, Michael, dan Riesky menjual 126.000 porsi/bulan. Jika harga jual minimal Rp30.000/porsi, maka mereka mengantongi omzet sekitar Rp3,7 miliar saban sebulan. Padahal mereka hanya bisa menjual sekitar 50 porsi ketika baru berjualan. Angka yang sangat fantastis bukan?
Intinya, bisnis Eatlah berkembang dengan sangat pesat hanya dalam waktu kurang dari tiga tahun. Kesuksesan Charina, Michael, dan Riesky mengembangkan Eatlah hingga maju seperti sekarang tidak semudah membalik telapak tangan. Modal awal yang mereka gunakan untuk mendirikan Eatlah sebesar Rp45 juta merupakan hasil patungan ketiganya yang bersumber dari pinjaman orang tua masing-masing.
Ketiga orang itu juga memerlukan waktu sekitar tujuh bulan demi mendapatkan racikan bumbu yang pas untuk produk mereka. Tidak ada kesuksesan yang instan. Kesuksesan adalah buah manis hasil perjuangan mengatasi beragam tantangan dan hambatan.
Baca juga: 5 Ide Bisnis UKM Makanan yang Menguntungkan di Indonesia
Resep Bisnis Eatlah
Untuk membangun bisnis kuliner, Anda sebetulnya tidak perlu mengalami kegagalan jika sudah ada orang yang sukses melakukannya. Lalu apa saja resep bisnis membangun bisnis kuliner ala Eatlah? Mari simak pembahasannya berikut ini.
1. Menghadirkan Konsep Baru
Hal baru, apapun itu, selalu memancing rasa penasaran setiap orang. Apalagi varian makanan baru, tentu makin banyak penggemarnya. Eatlah menjadi pionir gerai makanan modern di Indonesia yang menyajikan olahan ayam goreng tepung dengan balutan saus telur asin. Sebelum Eatlah berdiri, tidak ada gerai makanan yang menjual produk sejenis.
Meski lebih dahulu populer di Singapura, tapi menu itu merupakan hal baru bagi masyarakat Indonesia. Hal baru lain yang ditonjolkan Eatlah yakni konsep casual eating pada pelayanan dan produknya. Konsep gerai yang santai nan modern membetot perhatian generasi milenial karena mudah dikenali.
2. Menggunakan Kemasan Yang Unik
Kemasan juga menentukan keberhasilan pemasaran suatu produk. Pembeli pasti melihat kemasan terlebih dahulu sebelum membeli produk. Kemasan menentukan kesan pertama (fist impression) pembeli. Jika kemasannya bagus, peluang konsumen membeli produk Anda pun lebih besar. Pendiri Eatlah menyadari betul hal ini sehingga konsep casual pun terlihat pada kemasan Eatlah.
Charina, Michael, dan Riesky mengandalkan kemasan berbahan karton yang bertuliskan Eatlah di bagian depan. Kemasan itu terkesan sederhana, tapi berkelas. Konsumen mudah menyantap makanan sambil tetap bisa beraktivitas.
3. Konsisten Menjaga Kualitas
Konsep baru dan kemasan yang unik menjadi sia-sia jika Anda tidak konsisten menjaga kualitas. Itu terbukti, Banyak bisnis kuliner gulung tikar lantaran abai menjaga mutu. Para pendiri Eatlah menyadari betul hal itu. Oleh sebab itulah hingga kini Charina, Michael, dan Riesky belum tertarik menjalin kemitraan. Gerai-gerai yang sekarang ada berada di pengawasan langsung ketiganya, bukan sistem franchise.
Harapannya agar kualitas rasa makanan yang dijual tetap sama di mana pun berada. Mereka menyadari dengan kemitraan pertumbuhan usaha lebih cepat. Namun juga ada risikonya. Bisa saja para mitra mengurangi bumbu dan lainnya demi mendapatkan untung lebih banyak. Dampaknya kualitas rasa berubah sehingga pelan tapi pasti konsumen pun beralih ke kompetitor.
4. Memaksimalkan Penggunaan Teknologi
Eatlah yang digawangi anak-anak muda menyadari betul pentingnya mengandalkan teknologi terkini untuk mengembangkan bisnis. Buktinya Charina, Michael, dan Riesky memanfaatkan layanan pesan antar (delivery service) dari perusahaan moda transportasi daring seperti GoFood dan GrabFood.
Kini sekitar 80% pesanan Eatlah berasal dari aplikasi antar makanan kedua perusahaan transportasi daring itu. Aplikasi beli dan antar makanan itu memudahkan pemasaran Eatlah. Media sosial, terutama Instagram, menjadi andalan Eatlah mempromosikan merek dan menu mereka.
Itulah empat resep bisnis membangun bisnis kuliner ala Eatlah yang mendasar. Saran dari pendiri Eatlah, pebisnis pemula harus segera mengeksekusi ide atau pikiran kreatif, segera bertindak dan menghindari perasaan takut gagal, mengabaikan komentar pesimis orang lain, dan fokus pada bisnis. Buktikan bahwa Anda bisa!