Home Motivasi Bisnis Belajar Etika Bisnis dari Pengusaha Kecil yang Jujur

Belajar Etika Bisnis dari Pengusaha Kecil yang Jujur

0

Menjalankan usaha dengan jujur dan memperhatikan etika bisnis memang sangat berat. Ada banyak tantangan dan hambatan yang bakal Anda lalui di tengah jalan. Apalagi, tindakan curang dalam bisnis bisa memberikan keuntungan besar dalam waktu singkat. Namun, percayalah bahwa upaya Anda dalam menjalankan bisnis dengan jujur akan membuahkan hasil yang lebih besar di masa depan.  

Meraih kesuksesan dengan menerapkan etika bisnis bukanlah isapan jempol belaka. Ada banyak pengusaha yang memperoleh pencapaian besar dalam bisnis berkat prinsip kejujuran. Oleh karenanya, Anda perlu optimis bahwa keberhasilan di masa depan bukanlah impian belaka. 

Salah satu hambatan yang kerap membuat pebisnis goyah dalam menjaga prinsip kejujurannya adalah suap. Perilaku suap memang sudah menjadi budaya. Namun, jangan sampai Anda terjerumus pada kebiasaan yang pada akhirnya akan membuat bisnis merugi. 

Baca juga: Motivasi Penyemangat: Ada Pelangi Menanti di Ujung Badai

Kontraktor yang Jujur dan Manajer Korup


Praktik suap dalam bisnis terjadi hampir di segala sektor industri, termasuk dalam usaha konstruksi. Hal inilah yang dialami oleh Tim, seorang pengusaha konstruksi kecil yang tengah merintis usaha. Dalam prinsipnya, Tim berusaha untuk melakukan segala aktivitas bisnis dengan jujur. Tak hanya itu, dia juga berupaya memberikan perlakuan yang baik kepada para bawahannya. 

Suatu ketika, Tim memperoleh kesempatan proyek renovasi dengan nilai yang sangat besar. Tak hanya itu, kliennya merupakan sebuah jaringan restoran yang tengah berkembang. Proyek ini menjanjikan potensi keuntungan yang sangat besar. Tidak heran kalau Tim sangat gembira bahwa perusahaannya yang notabene adalah usaha kecil terpilih. Dia pun optimis mampu menyelesaikan pekerjaan renovasi itu dengan baik. 

Tim percaya bahwa setiap pekerjaan akan berjalan dengan baik kalau dia memulainya dengan kebaikan. Oleh karena itu, dia membagi-bagikan angpao kepada para karyawannya. Dia juga mengadakan acara kecil-kecilan sebagai wujud rasa syukur. Sebagai pelengkap, dia mengundang Jimmy yang tak lain adalah manajer restoran yang bertanggung jawab pada proyek renovasi bangunan. 

Sebagai wujud niat baik, Tim turut memberikan angpao untuk Jimmy. Nominal uang di dalamnya memang tak terlalu besar. Tim berharap agar angpao itu jadi langkah awal hubungan bisnisnya dengan perusahaan tempat Jimmy bekerja. Namun, siapa yang menyangka kalau pemberian itu ditolak mentah-mentah oleh Jimmy. “Ini adalah kebijakan perusahaan. Saya tak bisa menerimanya,” ujar Jimmy. 

Mendapat respons seperti itu, Tim sempat kecewa karena pemberiannya tidak diterima. Meski begitu, Tim juga senang melihat perilaku Jimmy yang taat terhadap aturan perusahaan. Tim pun kian optimis kalau proyek renovasi bangunan restoran dapat berjalan lancar. “Kalau Anda butuh bantuan saya di kemudian hari, jangan sungkan-sungkan ya!”, ujar Tim. 

Mendengar perkataan tersebut, Jimmy kemudian bercerita kalau dirinya baru saja membeli rumah. Dia berinisiatif untuk menawarkan pekerjaan renovasi rumah tersebut kepada Tim. Jimmy mengajak Tim untuk melakukan observasi terlebih dahulu dan kemudian memberikan perkiraan biayanya. 

Sampai di sini, Tim tidak menaruh kecurigaan apapun kepada Jimmy. Dia pun memberi tarif renovasi dengan harga normal. Apalagi, Tim memang selalu berupaya untuk memberikan kinerja dan hasil renovasi yang terbaik kepada para klien. Namun, siapa yang menyangka tawaran proyek renovasi rumah pribadi itu mengungkap sifat buruk Jimmy. 

Beberapa hari kemudian, Jimmy memperoleh kiriman perkiraan biaya renovasi rumahnya. Harga tersebut sebenarnya relatif normal, tak terlalu mahal. Namun, Jimmy memiliki pemikiran lain setelah melihat penawaran tersebut. Dia merasa kalau Tim mematok harga yang terlalu mahal. 

Jimmy kemudian pergi menemui Tim yang tengah melakukan aktivitas bongkar material untuk proyek renovasi restoran. Di situ, Jimmy meminta kepada Tim untuk memperlihatkan material yang tengah dipersiapkan. Tim berkata bahwa semua bahan yang digunakannya memiliki kualitas bagus, sesuai dengan kontrak kerja yang telah ditandatangani. 

Namun, Jimmy yang sejak awal mempunyai niat buruk mengatakan bahwa material itu berkualitas rendah. Dia pun meminta kepada Tim untuk mengembalikan semuanya dan mengganti dengan material baru. Mendengar perkataan tersebut, Tim terkejut. Dia tidak bisa membayangkan seberapa besar kerugian yang ditanggung kalau memenuhi permintaan Jimmy. 

Tim berusaha untuk membujuk Jimmy, dan meyakinkan bahwa material pilihannya punya kualitas tinggi. Tiba-tiba, Jimmy berkata, “Ayo kita berbicara berdua”. Keduanya pun pergi menuju ke sebuah kafe yang menjadi langganan Tim. 

Selama di dalam kafe, Tim terlihat gugup dan merasa tidak tenang. Sikapnya berbeda 180 derajat dengan Jimmy yang tenang dan santai. Selanjutnya, Jimmy memperlihatkan perkiraan biaya rumah yang sebelumnya disodorkan oleh Tim. 

“Tim, to the point saja ya. Biaya renovasi yang Anda sodorkan terlalu tinggi. Ini harga yang fair untuk renovasi rumah saya,” ujar Jimmy sambil memperlihatkan harga yang seharusnya diberikan oleh Tim. Melihat harga dari Jimmy yang hanya separuh dari biaya, Tim sangat kaget. “Harga itu terlalu murah! Bahkan untuk beli materialnya saja tidak cukup!”, katanya.

Jimmy sadar bahwa harga yang dimintanya memang terlalu murah. Namun, dia yakin bahwa Tim akan memenuhi permintaannya. Apalagi, dia memberi penawaran berharga yang bakal sangat sulit untuk ditolak Tim. Penawaran itu tidak lain adalah peluang melakukan kerjasama renovasi restoran dalam jangka panjang. 

Jimmy mengatakan bahwa permintaan renovasi rumahnya bisa diselesaikan dengan mudah. Caranya, Tim bisa menggunakan material berkualitas rendah untuk proyek renovasi bangunan restoran. “Ini adalah win-win solution kalau kita bisa saling bekerja sama,” lanjut Jimmy. 

“Anda ingin saya menggunakan material murahan? Saya tak bisa memenuhinya!”, ujar Tim. Jimmy berupaya untuk meyakinkan Tim. Kalau Tim menerima permintaan itu, akan ada banyak proyek renovasi yang bakal diterimanya. Apalagi, lanjut Jimmy, restoran tempatnya bekerja tengah melakukan ekspansi secara besar-besaran. 

Tim terlihat semakin gundah mendengar perkataan Jimmy. Tak lama, Jimmy pergi setelah mendapatkan panggilan telepon. Sebelum beranjak, dia berkata kepada Tim untuk benar-benar memikirkan ucapannya. 

Sendiri, Tim merenungi nasib buruk yang tengah dihadapinya. Padahal, dia sudah sangat senang setelah memperoleh tawaran renovasi dari jaringan restoran besar. Di sisi lain, perusahaannya relatif baru yang reputasinya masih belum dikenal luas. Sekilas, terbesit di pikirannya untuk menerima penawaran Jimmy. 

Tiba-tiba, pemilik kafe menyodorkan kopi latte dengan tulisan “It’s not worth it” kepada Tim. Pesan itu merupakan dorongan kepada Tim agar tidak menerima permintaan Jimmy. Apalagi, Jimmy telah memperlihatkan etika bisnis yang tidak pantas dengan berupaya meminta suap kepada Tim. 

Berkat dukungan dari pemilik kafe, Tim mengambil keputusan bulat untuk melaporkan Jimmy kepada pihak berwenang. Tindakan Jimmy yang berusaha untuk meminta suap kepada Tim merupakan salah satu bentuk pelanggaran pidana. Selang beberapa waktu, pihak kepolisian melakukan penangkapan terhadap Jimmy. 

Lalu, bagaimana dengan proyek renovasi restoran yang tengah ditangani oleh Tim? Pihak perusahaan melakukan penunjukan manajer baru yang menangani proyek tersebut. Proyek renovasi restoran berjalan dengan lancar. Bahkan, manajer baru pengganti Jimmy sangat terkesan dengan hasil pekerjaan Tim. 

Dari pengalaman tersebut, Tim percaya bahwa kesuksesan dalam bisnis tidak diraih dengan praktik suap. Sebagai gantinya, dia bisa memperoleh pencapaian besar dengan menjaga kualitas hasil pekerjaan. Buktinya, Tim selalu kebanjiran permintaan proyek renovasi bangunan.

Dampak Negatif Praktek Suap dalam Bisnis


Upaya Jimmy yang ingin memperoleh suap dari Tim banyak terjadi dalam aktivitas bisnis. Kalau praktik ini berlangsung terus-menerus, dampaknya bisa sangat buruk bagi pengusaha. Beberapa dampak yang muncul akibat kecurangan ini di antaranya adalah: 

  1. Reputasi buruk. Dalam bisnis, reputasi merupakan aspek penting yang harus Anda jaga. Reputasi buruk bakal menyulitkan Anda untuk memperoleh proyek baru dalam upaya menjaga kelangsungan bisnis perusahaan. 
  2. Inefisiensi. Praktik suap dalam bisnis juga mengakibatkan adanya inefisiensi biaya dan waktu. Anda perlu mengalokasikan dana yang jumlahnya tidak sedikit untuk suap. Selain itu, Anda akan menemukan ada banyak waktu terbuang sia-sia. 
  3. Terjebak dalam pusaran korupsi. Sekali melakukan tindakan suap, Anda bakal sulit untuk membebaskan diri dari kecurangan ini. Anda akan selalu berhadapan dengan orang-orang jahat yang berusaha melakukan pemerasan.  
  4. Cara Menjaga Etika Bisnis

Lalu, bagaimana cara menjauhkan diri dari praktik suap dalam dunia usaha? Langkah pencegahan praktik suap di dunia bisnis memang sangat sulit. Namun, Anda perlu yakin bahwa kesuksesan bisnis bisa dicapai tanpa perlu bertindak curang. Apalagi, siapa saja yang melakukan kecurangan dapat terjerat hukum pidana, tepatnya UU Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Salah satu cara pencegahan yang bisa Anda lakukan adalah dengan menerapkan sistem manajemen anti korupsi sesuai standar ISO 37001:2006. Penerapan sistem ini bersifat fleksibel, tak hanya perusahaan swasta, tetapi juga bisa berlaku untuk lembaga pemerintah, organisasi, institusi, dan lain sebagainya. 

Berdasarkan ISO 37001:2016, ada 7 langkah yang dapat Anda terapkan, yaitu: 

  1. Mendorong komitmen nyata dari jajaran manajemen
  2. Melakukan penunjukan petugas anti suap
  3. Melaksanakan penilaian risiko suap dalam setiap aktivitas bisnis perusahaan
  4. Melakukan penetapan dan perwujudan kebijakan atau prosedur kerja dengan mempertimbangkan kemungkinan risiko suap
  5. Melaksanakan upaya peningkatan kesadaran anti suap bagi setiap pihak terkait
  6. Melakukan pelaporan, pemantauan, serta proses investigasi implementasi sistem manajemen anti suap dalam perusahaan
  7. Melaksanakan evaluasi dan peningkatan sistem secara berkelanjutan

Penerapan ISO 37001:2016 memang jadi solusi bagi para pebisnis berskala menengah dan besar. Namun, bagaimana dengan para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM)? Dibandingkan dengan perusahaan, UKM mempunyai skema yang lebih sederhana. Oleh karena itu, Anda bisa melakukan tindakan preventif yang mudah.  

Caranya, Anda dapat mengedepankan prinsip atau etika bisnis. Pengetahuan tentang prinsip etika bisnis mendorong Anda untuk mengetahui hal yang salah dan benar. Pengetahuan ini bisa jadi landasan dalam melakukan setiap pengambilan keputusan strategis, utamanya yang berkaitan dengan aspek moral. 

Dalam kasus yang Tim, pemberian angpao bisa jadi termasuk dalam salah satu bentuk praktik suap. Apalagi, para pengusaha memang kerap memanfaatkan tradisi atau budaya untuk memuluskan upaya suap. Hal yang tak kalah pentingnya lagi, suap tidak selalu berupa uang. Namun, ada pula suap berupa pemberian fasilitas berlebih, hadiah, dan lain sebagainya. Seperti kata jurnalis berkewarganegaraan Denmark Anne Holm, “Anda tidak bisa menyuap orang jujur. Namun, orang-orang jahat akan selalu menerima suap”.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version